Sunday, May 20, 2007

tazkirah

KETIKA NIKMAT BERUBAH MENJADI AZAB

Betapa banyak dan besar nikmat yang telah Allah subhanahu wata'ala
anugerahkan kepada kita. Oleh karena itu, sepantas nyalah kita
mensyukuri hal itu. Namun ada kalanya manusia lupa setelah dianugerahi
nikmat-nikmat tersebut lalu menjadi kufur. Bila demikian halnya,
dapatkah nikmat tersebut berubah menjadi azab dan bencana? Kapan dan
bagaimana? Mengapa para pelaku dosa dan maksiat, khususnya orang-orang
kafir h id up dalam kesenangan seakan seisi dunia dan segala jenis
kebaikan tumpah ruah untuk mereka? Lalu bagaimana nikmat bisa hilang
dari genggaman seorang Mukmin.?

Nikmat Berubah Menjadi Azab dan Bencana

Bila ditanyakan, "Dapatkah nikmat berubah menjadi azab dan bencana?
Maka jawabannya secara pasti, 'Ya.!'

Sedangkan kapan dan bagaimana? Maka hal itu dapat terjadi bila kita
t id ak pernah bersyukur kepada Allah subhanahu wata'ala.

Oleh karena itu, di antara doa yang sering diajarkan Nabi shalla-lLahu
'alaihi wa-ssallam adalah doa yang artinya, "Ya Allah sesungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari hilangnya nikmat, dari azab yang datang
tiba-tiba, berubahnya keselamatan yang diberikan oleh-Mu dan dari semua
kemurkaan-Mu. " (HR. Muslim).

Al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, "Sesungguhnya Allah subhanahu
wata'ala memberikan kesenangan dengan nikmat kepada siapa saja yang Dia
kehendaki; bila mereka t id ak bersyukur, maka Dia akan membalikkannya
menjadi adzab."

Abu Hazim rahimahullah berkata, "Setiap nikmat yang t id ak dapat
mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala, maka ia adalah
bencana."

Nikmat akan abadi bila disertai dengan rasa syukur dan keta'atan
sedangkan ia akan hilang karena perbuatan-perbuatan maksiat, keji dan
pembangkangan terhadap Allah subhanahu wata'ala. Umar bin Abdul Aziz
rahimahullah berkata, "Kaitkanlah nikmat-nikmat Allah subhanahu
wata'ala dengan ungkapan rasa syukur kepada-Nya."

Syubhat Pelaku Dosa dan Maksiat

Terkadang ada orang yang berkata, mengapa kita selalu melihat
orang-orang fasiq yang bergelimang dosa dan maksiat dilimpahkan kepada
mereka kesenangan dunia dan seisinya, kebaikan mengalir deras kepada
mereka.?
Untuk menjawab pertanyaan seperti ini, mari kita dengar penjelasan
Sayy id asy-Syakirin (penghulu orang-orang yang pandai bersyukur) dan
imam orang-orang yang bersabar, Muhammad shalla-lLahu 'alaihi
wa-ssallam. Beliau bersabda, "Bila kamu melihat Allah memberikan kepada
seorang hamba dunia dan apa yang ia sukai, padahal ia melakukan
berbagai perbuatan maksiat, maka itu hanyalah 'Ist id raj' (perdaya)
dari-Nya." (HR. Ahmad dan al-Baihaqi, dishahihkan oleh Syaikh
al-Albani)

Ketika mengomentari firman-Nya, artinya, "Maka serahkanlah (ya
Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini
(al-Qur'an). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke
arah kebinasaan) dari arah yang t id ak mereka ketahui." (QS. al-Qalam:
44). Sufyan rahimahullah berkata, "Yakni melimpah kan beragam nikmat
kepada mereka dan menghalangi mereka untuk bersyukur."

Demikian juga firman Allah subhanahu wata'ala dalam surat Hud, ayat
102, artinya, Dan begitulah azab Rabbmu, apabila Dia mengazab penduduk
negeri-negeri
yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi
keras."

Allah subhanahu wata'ala memperdaya orang yang membangkang dan
berpaling, meng ulur-ulur baginya akan tetapi Dia t id ak pernah
melalaikannya! ! Jadi, nikmat berubah menjadi azab dan bencana,
kemenangan berubah menjadi kekalah an dan kegembiraan berubah menjadi
kesedihan bila kita t id ak bersyukur kepada Allah subhanahu wata'ala
dengan sebenar-benar nya atau sesuai dengan kemampuan.!

Bagaimana Nikmat Dapat Hilang?

Nikmat hilang karena beberapa hal:
Pertama, Perbuatan maksiat dan dosa, membalas nikmat dengan hal yang
membuat Allah subhanahu wata'ala menjadi murka. Bila mendapat nikmat
Allah subhanahu wata'ala, maka jagalah sebab perbuatan maksiat dapat
menghilangkan nikmat. Banyak sekali ayat-ayat al-Qur'an dan hadits Nabi
shalla-lLahu 'alaihi wa-ssallam yang menegaskan hal itu, di antaranya,
firman-Nya, artinya,"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)." (QS. ar-Rum: 41).

Dan firman-Nya, artinya, "Dan apa saja bencana yang menimpamu, maka
dari (kesalahan) dirimu sendiri" (QS.an-Nisa' :79). Dan ayat-ayat
lainnya.

Apakah termasuk bersyukur kepada Allah subhanahu wata'ala atas nikmat
ilmu, misal nya, jika menyembunyikannya, t id ak mengajarkannya kepada
manusia dan t id ak mengamalkannya? Apakah termasuk bersyukur kepada
Allah subhanahu wata'ala atas nikmat kesehatan, mengerahkan segenap
tenaga dan upaya dalam hal-hal yang diharamkan? Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, "Pergunakanlah lima perkara sebelum datang
lima perkara: h id upmu sebelum kematianmu, masa sehatmu sebelum masa
sakitmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, masa mudamu dan masa kayamu
sebelum masa tuamu." (HR. Ahmad, al-Hakim dan al-Baihaqi, dishahihkan
Syaikh al-Albani)

Ke dua, Bila kamu menisbatkan nikmat tersebut kepada selain Allah
subhanahu wata'ala, Sang Pemberi nikmat. Hal ini sebagai mana yang
terjadi terhadap Qarun ketika ia menisbatkan nikmat kepada dirinya dan
ilmunya melalui firman Allah subhanahu wata'ala, artinya,"Sesungguhn ya
aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku." (QS.
al-Qashash: 76).

Lalu apa akibatnya? Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam ayat-ayat
selanjutnya, yang artinya, "Maka Kami benamkan Karun beserta rumahnya
ke dalam bumi. Maka t id ak ada baginya suatu golongan pun yang
menolongnya terhadap azab Allah, dan tiadalah ia termasuk orang-orang
(yang dapat) membela (dirinya)." (QS.al-Qashash: 81).

T id ak boleh menisbatkan nikmat kepada selain Allah subhanahu wata'ala.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh al-Imam Ibn al-Qayyim rahimahullah
bahwa itu termasuk kekufuran dan Juhud (ingkar) kepada Allah subhanahu
wata'ala sebagaimana firman-Nya, yang artinya, "Mereka mengetahui
nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya. " (QS. an-Nahl: 83).

Contoh lain dari ucapan yang t id ak mencerminkan kesyukuran adalah
ucapan orang-orang awam, "Andaikata bukan karena si fulan, pastilah
t id ak terjadi seperti ini." "Kalau bukan karena kekuatan dan perbekalan
kita, pastilah begini dan begitu." "Kita meraih kemenangan sebab
pasukan kita kuat dan terlatih", dan ucapan semisalnya. (Taisir
al-'Aziz al-Ham id , hal.583-585)

Dalam hal ini, t id ak apa-apa, -bahkan selayaknya- berterima kasih
kepada orang yang telah berbuat baik kepada kita atau menjadi sebab
kita mendapatkan nikmat atau terhindar dari bencana dengan mengatakan
kepadanya, "Jazakallahu khaira, (Semoga Allah membalas kebaikan
kepadamu)." Jika ia seorang Muslim, kita berdo'a untuknya dan berbuat
baik kepadanya serta berterimakasih kepadanya, sebagaimana sabda Nabi
shalla-lLahu 'alaihi wa-ssallam "'T id aklah bersyukur kepada Allah orang
yang t id ak berterimakasih keapda manusia." (Shahih al-Jami', 7719).

Ke tiga, Bila seorang hamba ditimpa sifat Ghurur (percaya diri yang
berlebihan) atau sombong dan congkak terhadap makhluk lain karena
memiliki harta yang banyak, properti, ilmu, kedudukan dan sebagainya.
Allah subhanahu wata'ala berfirman, artinya, "Kecelakaanlah bagi setiap
pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta lagi menghitung-hitung,
Ia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkan nya." (QS. al-Humazah:
1-3)

Ke empat, Bila kamu t id ak pernah memenuhi hak Allah subhanahu wata'ala
atas nikmat tersebut. Bila kita memiliki ilmu, maka kita harus
mengajarkannya; jika kita memiliki harta, maka kita harus
menginfakkannya.

Allah subhanahu wata'ala berfirman,
"Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi
orang (miskin) yang meminta dan orang yang t id ak mempunyai apa-apa
(yang t id ak mau meminta)." (QS. al-Ma'arij: 24-25)

Oleh karena itu, seperti di dalam kitab ash-Shahih, dua malaikat berdoa
setiap harinya dengan doa, "Ya Allah, berikanlah kepada orang yang
berinfak pengganti dan berikanlah kepada orang kikir kehancuran."
(HR.al-Bukhari dan Muslim).

Bila diberi kesehatan dan afiat, maka kita harus memanfaatkannya untuk
berdakwah dan berjihad. Demikian seterusnya, kita mengeks presikan rasa
syukur atas setiap anggota badan kita semampu kita. (Hanif Yahya
Asy'ari, Lc)

SUMBER: Serial Kumpulan Khutbah Jum'at, penyusun Dr. Sulaiman bin Oadah

"Fa maadza ba'da-lhaqq, illa-dl_dlalaal"

assalamualaikum

salam..

salam ukhuwah fillah..selamat datang ke blog saya...

Ku mengamati semua sahabat,dan tidak ku temukan sahabat yg lebih baik drpd MeNJaGa LiDaHku. Ku memikirkan tentang semua pakaian,tetapi tidak ku temukan pakaian yang lebih baik drpd TaQwA. Ku renungi tentang segala jenis amal baik, namun tidak ku dapatkan yang lebih baik drpd memberi NaSiHat yg BaiK. Aku mencari segala bentuk rezeki,tetapi tidak pula ku temukan rezeki yang lebih baik drpd SaBaR.

~ Selangkah ku kepadaMu,seribu langkah Engkau menghampiri ku ~
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...